KECELAKAAN MORAL KAPITALIS
Aliran Kapitalis
Ancaman Serius Kapitalis
Blog Tenaga Soisial
Blog Tenaga Sosial 2013
Dampak Kapitalisme Global
Gejolak Sosial
Kecelakaan Moral Kapitalis
Moralitas Kapitalis
Perspektif Kapitalis
Kecelakaan Moral Kapitalis
Jika kita mengecualikan incest, hubungan badan antara orang tua dan anak, yang kelihatannya ditabukan dalam hampir tiap masyarakat, hanya sedikit saja keharusan moral yang pada kenyataannya memiliki kemutlakan dan kekekalan. "Jangan mencuri" tidak memiliki banyak makna dalam masyarakat yang tidak berdasarkan kepemilikan pribadi. "Jangan berzinah" hanya memiliki makna dalam masyarakat di mana laki-laki mondominasi perempuan, di mana laki-laki ingin menjamin bahwa kepemilikan pribadi akan diwariskan melalui anak-anak lelaki mereka. "Jangan membunuh" selalu dikelilingi oleh berbagai persyaratan, dan kemudian akan segera berubah menjadi sesuatu yang sangat berbeda, bahkan bertentangan.
Contohnya, "jangan membunuh" kecuali dalam pertahanan diri; atau "jangan membunuh" kecuali orang itu berasal dari suku/bangsa/agama yang lain.
Dalam tiap perang, para prajurit selalu diberkati terlebih dahulu oleh para pemuka agama sebelum mereka maju bertempur untuk membantai prajurit dari bangsa lain. Perintah moral yang mutlak "jangan membunuh" tiba-tiba berubah menjadi relatif jika dihubungkan dengan pertimbangan lain, yang pada pemeriksaan yang lebih teliti, ternyata berhubungan dengan kepentingan ekonomi, teritorial, politik atau strategis dari negara yang terlibat dalam pertikaian itu. Kemunafikan dari semua ini ternyatakan dengan baik sekali dalam bait singkat karya penyair agung Skotlandia Robert Burns, On Thanksgiving For a National Victory:
"Hai kamu orang-orang munafik! apakah ini sebuah lawakan?
Kamu membunuh orang, dan berterimakasih pada Tuhan?
Hentikan demi rasa malu! Jangan lebih jauh berjalan:
Tuhan tidak akan menerima ucapan terimakasih untuk sebuah Pembunuhan."
Perang adalah sebuah fakta kehidupan (dan juga kematian). Telah terdapat banyak sekali perang sepanjang sejarah manusia. Fakta ini boleh dipandang dengan jijik, tapi tidak dapat diabaikan. Lebih jauh lagi, seluruh isu yang terpenting di antara bangsa-bangsa selalu diselesaikan melalui perang. Pasifisme tidak pernah menjadi doktrin yang disukai oleh pemerintah-pemerintah, kecuali sebagai taktik diplomasi, yang tujuan satu-satunya adalah untuk menipu semua orang akan niat sejati dari pemerintah yang diwakili sang diplomat.
Inilah mengapa kita membayar para diplomat itu. "Jangan bersaksi palsu" sama sekali tidak mereka pedulikan. Seorang komandan tentara yang tidak menggunakan segala yang ada dalam kemampuannya untuk menipu musuhnya akan apa yang sebenarnya diniatkannya akan dianggap seorang tolol, atau yang lebih buruk daripada tolol.
Namun demikian, di sini, kebohongan menjadi sesuatu yang terpuji - sebuah kegemilangan militer. Seorang jenderal yang membuka rahasia rencananya pada musuh akan ditembak selaku seorang pengkhianat. Seorang buruh yang mengungkapkan rencana pemogokan pada pengusaha akan dianggap pengkhianat pula oleh rekan-rekan kerjanya. Dari beberapa contoh sederhana ini, jelaslah bahwa moralitas bukanlah sesuatu abstraksi yang supra-historis, melainkan sesuatu yang ber-evolusi secara historis, dan berubah setiap waktu.
Di Abad Pertengahan yang Gelap, Gereja Katolik Roma mengutuk riba sebagai salah satu dosa maut. Kini Vatikan memiliki bank sendiri, dan mendapatkan banyak uang melalui bunga pinjaman. Dengan kata lain, moralitas memiliki basis kelas.
Ia mencerminkan nilai, kepentingan dan cara pandang dari kelas sosial yang dominan. Tentu saja ia tidak akan dapat berhasil memelihara satu tingkat kohesi sosial tertentu jika ia tidak diterima oleh sebagian terbesar penduduk. Maka, ia harus menampakkan dirinya sebagai sesuatu yang mutlak, dan kebenaran yang tak terbantahkan, yang bila dilanggar akan membawa keruntuhan pada seluruh tatanan sosial.
Beberapa gelintir individu yang berani mempertanyakan moralitas selalu dicap sebagai penghujat dan dieksekusi. Mereka dianggap sebagai orang-orang yang "tidak bermoral" - bukan karena mereka tidak memiliki sudut moral tertentu, melainkan karena mereka tidak mau tunduk pada moralitas yang ada. Socrates dinyatakan menularkan pengaruh berbahaya pada kaum muda Athena, sebelum dipaksa meminum racun.
Orang-orang Kristen pertama didakwa melakukan segala macam tindak tak bermoral oleh negara perbudakan yang mengeksekusi mereka tanpa ampun sebelum negara itu memutuskan lebih baik mengakui agama baru ini, supaya dapat membujuk para pemimpin Gereja ke dalam korupsi. Luther dinyatakan sebagai titisan setan, ketika ia membuka serangan atas korupsi yang dilakukan oleh Gereja di abad pertengahan.
#Kritikan Kaum Sosialis