Rees-Mogg, yang menghibur dirinya dengan khayalan bahwa "Marxisme sudah mati", mendukung politik reaksioner terbuka, yang dengan jelas mengingatkan kita pada ungkapan-ungkapan Kaum Malthusian di jaman Victoria ratusan tahun lalu:
"Mereka (orang-orang miskin) mendapat bantuan untuk menyia-nyiakan hidup mereka melalui satu insentif negatif atas program hak tunjangan yang secara efektif membebani mereka yang meninggalkan program kesejahteraan itu untuk bekerja dengan pajak 100% atau lebih.
Dalam banyak kasus, nilai total dari bantuan makanan, subsidi sewa rumah, tunjangan pengangguran, suplemen pendapatan, penyediaan sarana kesehatan gratis dan lain-lain pelayanan melebihi pendapatan setelah pajak yang dapat diraih oleh seorang pekerja tidak terampil. Dan tunjangan kesejahteraan, karena definisinya, dapat diperoleh dengan sedikit atau tanpa usaha sama sekali.”
“Anda tidak perlu bangun pagi-pagi sekali dan berdesak-desakan di angkutan kota untuk menjamin hidup Anda.... Penegakan hukum yang longgar juga membuat kemalasan, ketidakmampuan membaca dan kriminalitas menjadi semakin menarik. Anak-anak yang dapat membuat seratus dolar per jam sebagai pencuri atau pengedar narkoba kecil kemungkinannya untuk terkesan dengan kesulitan untuk belajar membaca atau mencari kerja dengan upah minimum yang mungkin akan dapat menjamin hidupnya kelak."
Kerja adalah aktivitas hidup kita yang utama.
Sejak usia masih sangat muda, kita telah bersiap-siap untuk itu. Seluruh kegiatan bersekolah kita dirancang untuk itu. Kita menghabiskan seluruh kehidupan aktif kita di dalamnya. Kerja adalah basis yang melandasi seluruh masyarakat. Tanpanya, tidak akan ada makanan, pakaian, rumah, sekolah, kebudayaan, seni maupun ilmu pengetahuan.
Dalam makna yang paling nyata, kerja adalah hidup itu sendiri. Penyangkalan atas hak bekerja seseorang berarti penyangkalan atas haknya mendapat standard hidup minimum. Sama saja dengan melucutinya dari harga dirinya, memutusnya dari lingkungan masyarakat beradab, membuat hidupnya sia-sia dan tak bermakna. Ketiadaan lapangan kerja adalah kejahatan terhadap kemanusiaan. Penciptaan satu kelas-bawah di kota-kota Amerika Serikat dan lain-lain negeri adalah satu kutukan yang dilontarkan atas masyarakat modern.
Kutipan berikut mengungkapkan ketakutan dari seorang ahli strategi kapitalis terbesar tentang kecenderungan Barat menuju disinetegrasi sosial:
"Konsentrasi pertambahan populasi yang dikecewakan dan termiskinkan di kota-kota, yang bergantung dari infrastruktur yang rapuh merupakan satu hal yang matang bengkak penuh bahaya. Bukan hanya di sini ada satu kemungkinan besar bahwa solidaritas sosial yang mendasari negara-kesejahteraan akan dipatahkan dalam tahun-tahun mendatang.
Semakin tingginya biaya untuk menyokong populasi yang bergantung ini akan merupakan cobaan atas kesabaran dari mereka yang lebih berhasil dalam pergulatan ekonomi.... Tapi itu masalah yang akan kita hadapi di abad mendatang.
"Negara-kesejahteraan telah membuat kesalahan yang akan dibayar dalam termin evolusioner. Perempuan kelas-kelas bawah melahirkan 60% lebih banyak anak daripada perempuan kelas menengah - kulit hitam atau putih. Tapi bahkan statistik ini masih kurang memperhitungkan dampaknya atas populasi. Perempuan kelas bawah bukan hanya memiliki lebih banyak anak, mereka juga mulai melahirkan pada usia yang lebih muda, yang membawa kita pada peningkatan deret ukur dari populasi kelas bawah sepanjang waktu."
Di sisi lain Atlantik, perasaan gelap yang sama juga telah menyebar di kalangan ahli strategi kapitalis. Penulis dan ekonom terkenal Amerika, John Kenneth Galbraith, liberal dalam politiknya, tapi tetap saja sampai pada kesimpulan yang mirip.
Dalam buku terakhirnya, The Culture of Contentment, ia mengeluarkan satu peringatan keras atas kemungkinan terjadinya satu konflik sosial yang muncul dari pembagian kelas dalam masyarakat Amerika:
"Namun kemungkinan akan terjadinya pemberontakan kelas bawah, yang sangat terganggu kenyamanannya, ada dan semakin hari semakin besar. Telah terjadi beberapa ledakan di masa lalu, khususnya kerusuhan-kerusuhan di kota-kota besar di akhir 1960-an, dan ada beberapa faktor yang mungkin akan membawa pengulangan terhadapnya.
"Secara khusus, telah dijelaskan, kedamaian sangat tergantung pada perbandingan dengan ketidaknyamanan yang sebelumnya. Dengan berjalannya waktu, perbandingan itu memudar, dan juga dengan berlalunya waktu janji-janji masa lalu akan satu pelepasan dari kemiskinan relatif - atau pergerakan sosial ke atas - pudar pula. Hal ini khususnya dapat menjadi akibat dari resesi atau depresi yang berkepanjangan.
Gelombang pekerja yang membanjiri pabrik-pabrik mobil dan bengkel-bengkel di Detroit- para pengungsi dari tanah-tanah pertanian Michigan dan Ontario dan kemudian juga orang-orang kulit putih miskin dari Appalachia - semakin hari semakin banyak jumlahnya.
Banyak dari mereka yang datang dari Selatan untuk menggantikan mereka kini terdampar dalam pengangguran endemik. Tidak ada yang boleh terkejut jika hal ini akan, satu hari, melahirkan satu reaksi yang penuh kekerasan.
Telah menjadi salah satu hal mendasar dari mereka yang mendapatkan kenyamanan bahwa mereka yang tidak mendapatkan kenyamanan itu menerima nasibnya dengan pasrah. Kepecayaan semacam itu boleh jadi satu hari akan dibuktikan sebaliknya dengan mendadak dan penuh kejutan."
.
#Kritikan Kaum Sosialis
.
.
.