Kedudukan Tuhan dan Sifat Tuhan
Dalam Veda diungkapkan bahwa Tuhan ada di mana-mana, Maha Ada. Tuhan ada dalam dekat hati, dalam diri kita, sehingga muncul istilah mahavakya: Aham Brama Asmi: Aku adalah Tuhan. Tuhan juga ada pada diri anda, atau dalam mahavakya: Tat Tvam Asi (itu kamu adalah Tuhan. Dalam Rgveda, X.82-3: Yajur dan Atharvaved, II,1.3) disebutkan (Mavinkurve, 1998: 70):
“Bapak kami, pencipta kami, penguasa kami,
Yang mengetahui semua tempat, segala yang ada
Dialah satu-satunya, memakai nama dewa yang berbeda-beda,
Dialah yang dicari oleh semua mahkluk dengan renungan”
Di dalam Rgveda, X.186.2, dinyatakan selain sebagai Bapak, Penguasa, dan Pencipta, juga sebagai Kawan dan Saudara:
“Ya Tuhan, Engkau Bapa Kami, Saudara kami, dan Kawan kami”.
Adapun sifat Tuhan dalam Veda dan sastra-sastra Hinduistis sangatlah banyak sekali, namun disini disebutkan diantaranya adalah:
Anima (maha halus), Lghina (maha ringan), Mahima (maha ajaib dan besar), Prapti (maha cepat mencapai tujuan), Nirguna (tanpa sifat guna), Nirkara (tak berwujud), Nirvisesa (tanpa ciri), Akarta (tak terwakili), Achintya(tak terpikirkan), Nirupadhi (tak terbatas), Niskalo (tak terbagi), Nirjano (tak terlahirkan).
Dewa
Sesungguhnya kata Deva berasal dari kata div, yang berarti “sinar’ yang memiliki sepuluh makna leksikal yaitu: bermain, menaklukkan, aktivitas, kemuliaan, penghormatan, menyenangkan, kerinduan, tidur, keindahauhan dan, dan kemajuan.
Namun hakekatnya dewa-dewa itu sebenarnya adalah manisfestasi sinarnya Tuhan dalam fungsi tertentu. Matahari bersinar karena dijiwai, diberi spirit oleh Tuhan.
Dewa-dewa itu adalah nama Tuhan dalam berbagai multi fungsi dan dimensi kebesaran dan kemuliaanNya Kekuasaan dan fungsi Tuhan yang sedemikian tinggi dan luas dan dalam, maka Tuhan memanifestasikan diri (bersinar) dalam wujud dewa-dewa. Bisa dikatakan dewa-dewa itu adalah ciptaan Tuhan meski seakan-akan terpisah dari Tuhan, padahal sesungguhnya dewa-dewa itu bagian integral dari kebesaran dan kecermelangan sinar Tuhan sebagaimana terukngkap dalan Rgveda (Pudja, 1995: 58):
“Tuhan Yang Maha Esa, Engkau adalah guru agung, penuh kebijaksanaan, menganugerahkan karunia kepada mereka yang bersinar cemerlang, semoga para pencari pengetahuan spiritual, mengetahui rahasia 33 dewa.”
Selanjutnya ke 33 dewa tersebut dibedakan menurut tempat dan tugasnya masing-masing seperti tertuang dalam Rgveda.I. 139.11 yang berbunyi:
“Wahai para dewa (33 dewa): 11 di sorga, 11 di bumi, 11 berada di langit, semoga engkau bersuka cita dengan persembahan suci ini.”
Dalam Satapatha Brahmana, XIV.5) disebutkan:
“Sesungguhnya Ia mengatakan: adalah kekuatan yang agung dan dasyat sebanyak 33 dewa. Siapakah dewata itu? Mereka adalah delapan wasu, 11 Rudra, 12 aditya. Jumlah seluruhnya 31, (kemudian ditambah) Indra dan Prajaapati, seluruhnya menjadi 33 dewata.”
Delapan Vasu tersebut adalah:
1. Anala: (agni; dewa api)
2. Dhavaa (dewa bumi)
3. Anila atau Vayu (dewa angin)
4. Prabhasa atau dyaus (dewa langit)
5. Pratyusa atau surya (dewa matahari)
6. Aha atau savitr (dewa antariksa)
7. Candraa atau somma (dewa bulan)
8. Druva atau Druha (dewa konstelasi planet)
Adapun kesebelas dewa lainnya, Rudra(ekadasarudra) diyakini sebagai dewa Siwa dalam bentuk murti atau marah (kodra) yang menguasai 11 penjuru dialam raya. Meski jumlah dewa itu banyak namun tugas utama tetap dipengang oleh trimurti yang sebelumnya mengalami perubahan istilah yaitu:
- Dewa Agni diganti dan disamakan dengan dewa Brahma yang berfungsi sebagai pencipta.
- Dewa Indra dan Bayu diganti dan disamakan dengan Dewa Wisnu. Di dalam Veda, Wisnu adalah nama lain dari dewa Surya. Wisnu sebagai dewa pemelihara.
- Dewa surya diganti dan disamakan dengan dewa siwa, berfungsi sebagai dewa pelebur, melebur kembali segala sesuatu yang tidak berfungsional lagi.
Daftar Pustaka
I Wayan Nur Kancana. 1997. Menguak Tabir Perkembangan Hindu. Denpasar: Bali Post.
Wiwin Siti Aminan (Eds), 2005. Sejarah,Teologi, dan Etika Agama-Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mavinkurve at all. 1998. Ilmu Pengetahuan dan Spriritual. Terjemahan I Wayan Maswinara. Surabaya: Penerbit Paramita.
Pudja, G. 1995. Sama Veda Samhita: Teks dan Terjemahan. Jakarta: Hanuman Sakti