Lao Tse (Lao Tzu) diperkirakan hidup pada rentang masa 604-531 SM. Ia dilahirkan di negara Ch’u yang terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan Provinsi Hunan. Ia bernama asli Li Erh dengan gelar Dewata, Lau C’un, Th’ai Shang Lau C’un, atau Th’ai Shang Hsuan Yuan Huang Ti. Nama keluarganya Li, dan nama panggilannya Erh. Nama Lao Tzu secara hurufiah mengandung pengertian ‘empu tua.’
Menurut sejarawan Tiongkok, Suma Xian (Shu Xian) yang menulis sekitar tahun 100 SM, Lao Tzu berasal dari desa Ch’u-jen, Provinsi Hunan, dan hidup sekitar abad ke-6 SM, di Ibukota Loyang negara Ch’u. Lao Tzu hidup pada era Ciu dan hampir satu era dengan Confucius dan Buddha Gautama. Pada masa pemerintahan Dinasti Chou (1111-255 SM),
Lao Tzu sempat diangkat sebagai seorang ahli perpustakaan (Shih). Sebagai seorang ahli perpustakaan, ia juga dikenal sebagai seorang yang ahli dalam bidang perbintangan dan peramalan, yang juga menguasai berbagai kitab kuno.
Sedikit sekali catatan yang dapat ditemukan mengenai kehidupan Lao Tzu. Karya besarnya adalah sebuah kitab yang memakai namanya sebagai judul, yakni Lao Tzu yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Tao Te Ching (kitab klasik mengenai jalan dan daya). Kitab ini dipandang sebagai karya kefilsafatan pertama dalam sejarah China. Dalam berbagai perubahan kebudayaan di China, Lao Tzu tidak pernah hilang. Bagi para Confucianis, Lao Tzu dipandang sebagai seorang filsuf yang agung, dan bagi kebanyakan orang, ia adalah seorang dewa atau orang suci. Sedangkan bagi para Taois, ia merupakan pancaran dari Tao dan sesuatu yang merupakan keilahian agung mereka.
Banyak sekali versi yang mengisahkan tentang kelahiran Lao Tzu, salah satunya dipengaruhi oleh cerita tentang kelahiran Sang Buddha. Dikisahkan bahwa ibunda Lao Tzu mengandung selama 72 tahun, dan ia dilahirkan melalui ketiak kirinya. Menurut legenda ini, ia telah berulang kali turun dari langit dalam berbagai wujud manusia sepanjang sejarah untuk menurunkan ajaran Taoisme kepada para kepala negara. Legenda lainnya dari keluarga Li mengisahkan, bahwa bayi tersebut terlahir bersinar di bawah kaki pohon plum (‘Li’) sehingga diputuskan bahwa ‘Li’ adalah nama keluarganya. Legenda ini berkembang dari cerita perjalanan Lao Tzu ke Barat (India). Bahkan legenda ini mempercayai bahwa Sang Buddha merupakan perwujudan Lao Tzu juga.
Suma Xian melakukan penelitian mendalam dengan menemui beberapa orang yang pernah bertemu Lao Tzu, seperti Lau-Lai-Tzu, seorang Taois pengikut Confucius dan seorang ahli perbintangan bernama Tan. Hasilnya adalah bahwa kemungkinan Lao Tzu telah hidup 150 tahun, malahan ada yang mengatakan lebih dari 200 tahun. Perlu diketahui bahwa menurut kepercayaan kuno, seorang Guru Agung dapat hidup kekal.
Kepercayaan ini kemungkinan lebih berkembang pada tradisi sebelum Chuang Zi, seorang Guru Agung Taois yang hidup sekitar abad ke-4, karena dalam karya-karya Chuang Zi, walaupun ia menyinggung hal-hal yang berkaitan dengan kematian tetapi tanpa diberikan penekanan khusus terhadap bentuk kekekalan. Oleh karena itu menurut Suma Xian, Lao Tzu kemungkinan seorang pertapa yang tak meninggalkan jejak kehidupannya. Sebab pada kenyataannya dalam sepanjang sejarah China, selalu tercatat adanya para pertapa yang meninggalkan kehidupan duniawi.