Salah satu masalah pertama yang harus dipecahkan adalah
masalah Trinitas, keyakinan umat Kristen akan Bapak, Anak,
dan Roh Kudus, yang pada hakikatnya identik namun terpisah
satu sama lain. Banyak pendapat yang berbeda diajukan untuk
menjawab masalah Trinitas, dan tahun 325 Konstantin meminta
Dewan Pertama Nicaea untuk membahas masalah ini dengan
saksama, yakni 'Aryan Heresy' yang menyatakan bahwa Kristus
diciptakan Tuhan untuk membantu dalam penciptaan dunia ini,
dan menerima status ketuhanan dari Tuhan, jadi tidak sama
esensinya dengan Tuhan. Status ketuhanannya dapat dicabut
Tuhan. Dewan ini melahirkan Nicene Creed suatu bentuk yang
digunakan hingga dewasa ini dan mencakup kata-kata:
- Kami percaya akan satu Tuhan, Tuhan Yang Mahakuasa,
pencipta langit dan bumi, yang kelihatan maupun yang
tidak kelihatan.
- Kami percaya akan Yesus Kristus, anak tunggal Allah,
yang diturunkan oleh Allah Bapak, bukan diciptakan,
yang satu dengan Allah Bapak.
- Kami percaya akan Roh Kudus, Tuhan, pemberi kehidupan,
yang diturunkan dari Allah Bapak dan anak.
Lalu gereja dihadapkan dengan sekumpulan masalah, terutama
masalah intern. Romawi Barat dan Timur mulai terpisah
semakin jauh dan akhirnya benar-benar terpisah. Memang sebab
pemisahan ini bukan hanya hal di atas, karena masih banyak
titik-titik perpecahan antara Barat dan Timur. Dibandingkan
dengan Kristen Barat, Kristen Timur lebih menekankan
ikon-ikon. Ikon merupakan gambar flat pada kayu, gading atau
bahan-bahan lain, yang memperlihatkan Yesus, Perawan Maria,
atau orang suci yang lain dan melembaga dalam Gereja Yunani.
Selama abad kedelapan, ikon-ikon dilarang oleh Kaisar Leo
III, namun protes keras menyebabkan larangan ini dicabut
pada Sidang Umum ketujuh yang berlangsung di Nicaea tahun
787. Ini tampaknya merupakan kemenangan Gereja Timur. Namun
perpecahan di antara keduanya tidak akan diatasi oleh sidang
tersebut dan masalah ini mengemuka pada abad ke 11 pada
waktu Roma menerima pemberian suatu tambahan ke dalam Nicene
Creed, suatu hal yang tidak disetujui Gereja Timur. Tambahan
itu adalah "dan anak" setelah frasa "kami percaya dalam Roh
Kudus, Tuhan pemberi kehidupan, yang diturunkan dari Allah
Bapak ..." Jadi, Gereja-gereja Timur tidak menerima bahwa
Roh Kudus diturunkan dari Allah Bapak dan Anak, melainkan
hanya dari Allah Bapak. Tentang masalah ini Timur dan Barat
sama sekali tidak mempunyai titik temu dan menimbulkan
pemisahan tahun 1054, karena wakil Paus menempatkan
surat-surat ekskomunikasi pada altar St. Sophia di
Konstantinopel. Sejak itulah muncul Gereja Katolik Roma dan
Gereja Ortodoks Yunani. Unsur-unsur doktrinal membuat mereka
tetap terpisah: Gereja Katolik dipimpin oleh satu tampuk
pimpinan yang disebut Paus, sementara Gereja Ortodoks
menyerahkan kepemimpinan di tangan para bishop atau
patriark; pandangan tentang Roh Kudus juga berbeda, Gereja
Ortodoks tetap memberikan kedudukan penting bagi ikon-ikon
dalam pemujaan, para pelayan gerejanya dibolehkan menikah,
dan lain-lain.
Segera kemudian, yakni tahun 1096, Paus Urbanus II
mengorganisasi Gereja Katolik ke dalam satu pola seragam
yang bertahan selama hampir 200 tahun -tentara salib.
Mula-mula dibentuk untuk dua tujuan, yakni mengurangi
tekanan Turki atas Kekaisaran Timur dan untuk menjamin
keamanan para peziarah yang berkunjung ke Yerusalem, tentara
salib segera mengalami degradasi cita-cita; mereka ingin
membebaskan Yerusalem dari kekuasaan Muslim.
Gereja Katolik tetap berperan penting hingga abad
pertengahan. Berpusat di Roma, Paus memegang kekuasaan
tertinggi, yang melampaui kekuasaan raja dan ratu. Namun
sejak akhir abad keempat belas mulailah timbul tantangan
terhadap kekuasaan Paus yang begitu besar. Timbullah gerakan
reformasi yang dimulai Lollards dan Hussites; gerakan ini
berubah menjadi ancaman serius terhadap supremasi Gereja
Katolik ketika tahun 1617, seorang imam bernama Martin
Luther menentang keras penjualan surat aflat oleh gereja.
Dia lalu menolak supremasi Paus, menyangkal
transubstantiation, serta mendorong para bangsawan Jerman
untuk memberontak dan memisahkan kekuasaan mereka. Para
bangsawan, yang sebelumnya terdisilusi dengan kontrol oleh
Gereja dan Paus, membutuhkan sedikit dorongan dan banyak di
antara mereka segera bergabung dengan Martin Luther.
Tindakan Luther merupakan awal tumbuhnya berbagai sekte yang
didasari kepada doktrin pokok Luther namun berkembang sesuai
dengan jalan yang ditempuh masing-masing sekte. Pandangan
Luther mendapat formalisasi dalam Gereja Lutheran yang
tumbuh subur di Jerman, Skandinavia dan Amerika. Namun
Luther pun bertentangan dengan bekas sekutunya menentang
Paus. Salah satu bekas pendukungnya, Zwingli, mengembangkan
pandangan Eukaristi yang menyebabkan Luther dan Zwingli
berpisah.
Pengaruh Reformasi menyebar ke seluruh Eropa. Pembaharu yang
lain, John Calvin, memisahkan diri dari Gereja Katolik Roma
tahun 1533. Pandangannya hampir sama dengan Luther, namun
dia yakin akan adanya karunia tertentu untuk kelompok
tertentu. Pengikut Calvin menyebar di Jerman, Negeri
Belanda, Skotlandia, Swiss, Amerika Utara dan cukup
berpengaruh di Inggris.
Inggris juga mengikuti anjuran para pembaharu namun dengan
motif yang agak berbeda. Tahun 1521 Raja Henry VIII telah
mengeluarkan suatu traktat yang menyerang Luther yang
menyebabkan dia mendapat titel 'Pembela Iman" dari Paus.
Akan tetapi Raja Henry VIII sangat ingin menikahi putri Anne
Boleyn namun sebelum bisa menikahi Anne, dia harus
menceraikan Catherine of Aragon. Sayangnya Paus tidak
merestui perceraian itu (Roma dipengaruhi oleh
saudara-saudara Catherine yang ada di Spanyol, negeri asal
Catherine) dan Henry terpaksa mengabaikan kekuasaan Paus
pada tahun 1534. Lalu dia menyatakan dirinya sebagai kepala
Gereja Inggris, dan dapat membatalkan perkawinannya dengan
Catherine. Ajaran "Tiga puluh sembilan pasal," yang
menyangkut hal-hal yang kontroversial serta mengungkapkan
bagaimana kedudukan Gereja Inggris mengenai masalah
perceraian tersebut, dikeluarkan tahun 1571 selama
pemerintahan Ratu Elizabeth I, anak perempuan Henry. Gereja
Inggris mengakui kerajaan sebagai kepala gereja, bukan Paus,
juga menolak transubstantiation, meniadakan biara serta
menggantikan bahasa Latin dengan bahasa Inggris untuk
dipakai di Gereja.
Tetapi reaksi terhadap Roma masih belum mencapai bentuknya
yang paling ekstrim. Dalam abad ketujuh belas, George Fox,
dari Leicestershire (Inggris), mulai menyebarkan ajaran
bahwa manusia dapat berhubungan dengan Tuhan tanpa melakukan
suatu 'hiasan' (upacara) ritualis yang ditetapkan oleh
gereja-gereja Katolik, dan bahwa gereja-gereja yang telah
diperbaharui belum cukup jauh melangkah dalam penolakan
mereka terhadap upacara dan hierarki gerejawi. Seorang
kristen, menurut George Fox tidak membutuhkan imam atau
pendeta/pastor, dan juga tidak membutuhkan bait suci. Tidak
ada gunanya ketujuh sakramen Gereja Katolik; tidak
dibutuhkan suatu sakramen apa pun. Fox lalu mulai
menyebarkan ajarannya dan melakukan berbagai perjalanan ke
daerah-daerah pedalaman. Pada umumnya, saat berdirinya
gerakan Fox ini dianggap terjadi pada tahun 1652, yakni saat
terjadinya kebaktiannya yang sangat berhasil untuk pertama
kalinya. Pengikutnya disebut "Quakers," atau "Perkumpulan
Sahabat-sahabat." Sampai sekarang juga mereka tidak
mempunyai bait suci kecuali rumah-rumah kebaktian, dan dalam
kebaktian mereka tidak ada liturgy, tetapi sebaliknya,
setiap orang dapat berbicara bila mereka merasa bahwa mereka
mempunyai sesuatu yang bermanfaat untuk diutarakan, tanpa
memperhatikan atau mempedulikan berapa usia yang mau
berbicara tersebut dan apa kedudukannya dalam masyarakat.
Berbagai perkembangan baru telah terjadi di Inggris pada
periode setelah Perang Saudara. Banyak orang merasa tidak
senang dengan penyatuan gereja dan negara yang dilakukan
oleh Henry VIII, tetapi selama periode persemakmuran
(Commonwealth period) di Inggris, mereka menjadi lega
melihat bahwa kedua hal tersebut (gereja dan negara) telah
dipisahkan kembali. Akan tetapi, dengan naiknya Charles II
menjadi pangeran, Undang-undang Uniformitas dikeluarkan pada
tahun 1662 yang memulihkan status quo tersebut dan
memerintahkan semua pastor untuk menerima "Buku Doa
Bersama." Imam-imam yang menolak untuk menerima (oleh karena
itu disebut Non-Conformis) ketentuan-ketentuan Undang-undang
ini akan dikeluarkan dari Jemaah mereka dan dianiaya. Hal
ini berlangsung sampai dengan keluarnya Undang-undang
Toleransi pada tahun 1689 yang memberikan mereka beberapa
hak hukum (legal). Akibatnya, perkembangan Gereja Baptis dan
Gereja Reformasi bersatu mengalami perkembangan cepat.
Gereja Baptis, yang didirikan oleh John Smith, menganggap
bahwa pembaptisan bayi adalah melawan perintah Alkitab.
Hanya orang dewasa yang telah mengerti makna sumpah yang
diucapkannyalah yang dapat dibaptis. Mereka juga mencoba
untuk meyakinkan bahwa jemaat ikut aktif dalam perjalanan
Gereja, dan mencontoh Kisah rasul-rasul dengan mengangkat
deakonis dari antara jemaatnya (lihat Kisah Rasul-Rasul 6:
1-6) untuk membantu mengarahkan dan menuntun gereja
tersebut. Gereja Reformasi Bersama adalah suatu koalisi dari
GereJa Presbiterian Inggris (yang dikembangkan dari ajaran
Calvin) dan gereja-gereja Jemaat Inggris dan Wales yang
didasarkan pada ajaran-ajaran dari tokoh pembaharu lainnya
yang telah menyebarkan ajarannya pada zaman Calvin, yakni
Robert Browne (1550-1633). Terlepas dari pandangan-pandangan
mereka yang sangat sama, tetapi usaha-usaha untuk menyatukan
kelompok-kelompok ini barulah berhasil pada tahun 1972
dengan pembentukan Gereja Reformasi Bersatu.
Gereja Metodis pada mulanya adalah merupakan suatu gerakan
dalam Gereja Inggris. Pendirinya, John Wesley (1703-1791),
tetap menolak untuk berpisah dari gereja induknya. Akan
tetapi, setelah kematiannya, disadari bahwa Gereja Metodis
tidak dapat lagi dimasukkan dalam Gereja Inggris, dan lalu
memisahkan diri pada tahun 1795. John Wesley dan saudaranya
Charles, melalui studi mereka yang ketat dan metodis
terhadap InJil (sehingga mereka disebut dengan nama
Metodis), merasa bahwa keselamatan diperoleh hanya karena
kasih dan karunia Tuhan, bukan karena suatu perbuatan atau
kebaikan manusia.
Menjelang akhir abad kesembilan belas, ada gelombang atau
kegairahan lain mengenai perhatian keagamaan. Hal ini
sebagian disebabkan penemuan-penemuan ilmiah dalam abad
tersebut yang mengancam berbagai keyakinan yang hingga waktu
itu telah diterima sebagai kebenaran religius yang tidak
dapat dibantah (misalnya, mengenai taman firdaus dan masalah
penciptaan). Dalam hal ini, reaksi dari Pencerahan
(Enlightement) dalam tahun-tahun sebelumnya turut berperan.
Akibatnya adalah bermunculannya banyak sekte yang memisahkan
diri dari gereja induk mereka, sebagaimana yang terjadi
dalam Reformasi yang memunculkan gereja-gereja yang
diperbaharui yang memisahkan diri dari iman Katolik. Di
Inggris, Bala Keselamatan berkembang sebagai suatu kekuatan
besar, bukan saja karena ketaatan beragamanya, tetapi juga
karena reformasi dan bantuan sosialnya. Di bawah
kepemimpinan William Booth (1829-1912), Bala Keselamatan
tersebut memisahkan diri dari gereja Metodis dalam tahun
1865 dan membentuk sendiri suatu organisasi yang bergaya
militer karena kelompok tersebut menganggap dirinya sebagai
laskar perang Tuhan dan memerangi ketidakadilan sosial.
Dibandingkan dengan kebanyakan sekte Gereja, mereka sangat
sedikit memperhatikan sakramen, walaupun mereka menerima
bahwa beberapa orang Kristen mungkin melihat sakramen itu
merupakan pertolongan dan bantuan.
Di Amerika juga terjadi suatu gejolak keagamaan yang
demikian. Pada tahun 1830, Mormon, atau Gereja Yesus Kristus
dari Orang-orang Suci Hari Terakhir, dibentuk oleh Joseph
Smith (1805-1844) yang mengklaim telah mengalami suatu wahyu
Tuhan, menemukan tablet-tablet emas yang tertulis dalam Buku
Mormon, yakni yang merupakan kitab suci penganut Mormon.
Pada mulanya ajaran Mormon ini terlarang karena
pandangan-pandangan mereka yang menyimpang dari ajaran
Kristen dan praktek poligami mereka, tetapi Mormon ini
merayap ke seluruh Amerika dan akhirnya menetap di Salt Lake
City, tempat markas mereka terletak hingga kini.
Aliran spiritual mulai ada tahun 1848 ketika dua orang
perempuan, yakni saudara perempuan Fox yang berumur dua
belas dan lima belas tahun, menyebabkan suatu kegemparan di
antara, penduduk kota mereka, Arcadia, New York State,
dengan mengklaim bahwa mereka telah dapat berkomunikasi
dengan roh-roh. Walaupun ada yang menyatakan bahwa
suara-suara gaduh tersebut adalah suara gabungan dari suara
kedua anak perempuan tersebut, tetapi mereka (penduduk kota
tersebut) berkumpul sedemikian banyak mendukung supaya
Gereja Spiritual didirikan. Penganut aliran Spiritual yakin,
selain pada pandangan-pandangan Kristen biasa, bahwa,
melalui mereka, nasihat dan tuntunan dapat diperoleh.
Advent Hari Ketujuh juga mulai ada di Amerika, yang
membangun reputasinya dalam tahun 1860, dan setelah itu
sekte ini cepat menyebar ke seluruh dunia. Berbeda dengan
sekte-sekte Kristen lainnya, mereka membuat hari ketujuh
sebagai Sabat (yaitu, mereka menjalankannya seperti yang
dilakukan oleh orang Yahudi, dimulai dari saat matahari
terbenam pada hari Jumat sampai matahari terbenam hari
Sabtu). Sama seperti Gereja Baptis, mereka hanya membaptis
orang-orang dewasa, dan juga membuat pembatasan-pembatasan
mengenai apa yang dapat dimakan dan diminum oleh jemaatnya.
Misalnya, mereka tidak boleh minum alkohol dan memakan
makanan kerang-kerangan.
Sebelum mengakhiri ulasan ini, tiga kelompok Kristen lainnya
harus disebut yakni: Christian Science, Saksi Jehova, dan
gerakan Pantekosta.
Christian Science didirikan oleh Mrs. Mary Baker Eddy pada
tahun 1879, yang mempertahankan bahwa satu-satunya realitas
hanyalah pikiran dan semua yang lainnya adalah illusi.
Oleh karena itu penyakit jangan dirawat dengan obat, tetapi
harus disembuhkan dengan mempraktekkan pemikiran yang benar.
Saksi Jehova, yang didirikan oleh C.T. Russell, yakin bahwa
kedatangan kedua kalinya Yesus serta akhir dunia ini akan
terjadi dalam waktu yang tidak lama lagi, dan bila hal itu
terjadi maka hanya suatu kelompok elit saja yang selamat,
yaitu kelompok Saksi Jehova itu sendiri. Mereka mempunyai
Al-Kitab dengan terjemahan mereka sendiri dan mereka
menyisihkan banyak waktu, usaha, dan uang untuk
kegiatan-kegiatan missionaris.
Yang terakhir, yakni gerakan Pantekosta, yang bermula dari
suatu missi di Los Angeles dalam tahun 1906 yang dilakukan
oleh W.J. Seymour, mengajarkan bahwa setiap orang Kristen
dapat mengalami kehadiran Rohul Kudus dalam diri mereka
sendiri dan menerima hadiah-hadiah roh. Oleh karena itu
kebaktian Pantekosta adalah merupakan upacara yang sangat
emosional, di mana jemaatnya menjadi dirasuki oleh Rohul
Kudus dan tampak berbicara dalam lidah (berbahasa roh),
sebagaimana yang dilakukan oleh murid-murid Yesus yang
pertama. Walaupun gerakan Pantekosta telah mempunyai gereja
sendiri, tetapi gerakan ini telah juga mempengaruhi
aspek-aspek lain dari Gereja (Kristen), dan dalam GereJa
Katolik gerakan tersebut juga berpengaruh dengan munculnya
apa yang disebut gerakan Karismatik, orang-orang Katolik
bermaksud menerima Rohul Kudus dalam diri mereka sendiri.
Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk mengulas secara mendalam
sekte-sekte Kristen, bahkan tulisan ini tidak menyebut semua
sekte yang ada, karena ada banyak gerakan-gerakan dan
aliran-aliran pemikiran yang berbeda dalam Gereja Kristen.
Penulis hanya mencoba untuk menempatkan dalam latar belakang
historis dan teologis sekte yang paling menyebar.
SUMBER : Media.isnet