Dinasti Bani Umayyah yang didirikan oleh Mu’awiah berumur kurang lebih 90 tahun dan di zaman ini ekspansi yang terhenti di zaman kedua Khalifah terakhir dilanjutkan.
Khalifah-khalifah besar dari Dinasti Bani Umayyah adalah Mu’awiah Ibn Abi Sufyan (661-680 M). Abd Al-Malik Ibn Marwan (685-705 M). Al Walid Ibn Abd Al-Malik (705-715 M), Umar Ibn Al-Aziz (717-720 M). dan Hisyam Ibn Abd Al-Malik (724-743 M).
Di zaman Mu’awiah, Uqbah Ibn Nafi’ menguasai Tunis dan di sana ia mendirikan kota Kairawan pada tahun 670 M. yang kemudian menjadi salah satu pusat kebudayaan Islam. Di sebelah timur Mu’awiah dapat memperoleh daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afghanistan sampai ke Kabul.
Ekspansi ke Timur diteruskan di zaman Abd Al-Malik di bawah pimpinan Al-Hajjaj Ibn Yusuf. Tentara yang dikirimnya menyeberangi sungai Oxus dan dapat menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizim, Farghana dan Samarkand. Tentaranya juga sampai ke India dapat menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Multan.
Ekspansi ke Barat terjadi di zaman Al-Walid. Musa Ibn Nusayr menyerang Al-Jazair dan Maroko dan setelah dapat menundukkannya mengangkat Tariq Ibn Ziad sebagai wakil untuk memerintah daerah itu. Tariq kemudian menyeberang selat yang terdapat antara Maroko dengan benua Eropa. Dan mendarat di suatu tempat yang kemudian dikenal dengan nama Gibraltark (Jabal Tariq). Tentara Spanyol di bawah pimpinan Raja Roderick dikalahkan dan dengan demikian pintu untuk memasuki Spanyol terbuka luas. Toledo, ibu kota jatuh, demikian pula kota-kota lain seperti Seville, Malaga, Elvira, dan Cordova yang kemudian menjadi ibu kota Spanyol Islam yang dalam bahasa Arab disebut Al-Andalusi (dari kata Vandals). Serangan-serangan selanjutnya dipimpin oleh Musa bin Nushair sendiri.
Serangan ke Perancis, dengan melalui pegunungan Pirenea, terutama dilakukan oleh Abd Al-Rahman Ibn Abdullah Al-Ghafiqi di zaman Umar Ibn Abd Al-Aziz. Ia serang Bordeaux, Poitiers, dan dari Poitiers mencoba menyerang Tours. Tetapi di antara kedua kota ini ia ditahan oleh Charles Martel, dan dalam pertempuran selanjutnya ia mati terbunuh. Ekspansi ke Perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur kembali ke Spanyol. Sesudah itu masih juga diadakan serangan-serangan, umpamanya ke Avignon di tahun 734 M. dan Lyons di tahun 743 M.
Pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah, Majorca, Corsica, Sardinia, Crete, Rhodes, Cyprus dan sebahagian dari Sicilia jatuh ke tangan Islam di zaman Bani Umayyah.
Daerah-daerah yang dikuasai Islam di zaman Dinasti ini adalah Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Palestina, Semenanjung Arabia, Irak, sebagian dari Asia Kecil, Persia, Afghanistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Turkmenia, Uzbek dan Kirgis (di Asia Tengah).
Ekspansi yang dilakukan Dinasti Bani Umayyah inilah yang membuat Islam menjadi negara besar di zaman itu. Dari persatuan berbagai bangsa di bawah naungan Islam, timbullah benih-benih kebudayaan dan peradaban Islam yang baru, walaupun Bani Umayyah lebih banyak memusatkan perhatian kepada kebudayaan Arab.
Perubahan bahasa administrasi dari bahasa Yunani dan bahasa Pahlawi ke Bahasa Arab dimulai oleh Abd Al-Malik. Orang-orang bukan Arab pada waktu itu telah mulai pandai berbahasa Arab. Untuk menyempurnakan pengetahuan mereka tentang bahasa Arab, terutama pengetahuan pemeluk-pemeluk Islam baru dari bangsa-bangsa bukan Arab, perhatian kepada bahasa Arab, terutama tatabahasanya mulai diperhatikan. Inilah yang mendorong Imam Sibawaih untuk menyusun Al-Kitab, yang selanjutnya menjadi pegangan dalam soal tata bahasa Arab.
Perhatian kepada syair Arab Jahiliyah timbul kembali dan penyair-penyair Arab baru mulai muncul, misalnya Umar Ibn Abi Rabi’ah (w. 719M), Jamil Al Udhri (w. 701 M), Qays Ibn Al-Mulawwah (w. 699M) yang lebih dikenal dengan nama Laila Majnun, Al-Farazdaq (w. 732 M), Jarir (w. 792 M) dan Al-Akhtal (w. 710 M)
Perhatian dalam bidang tafsir, hadits, fikih dan ilmu kalam pada zaman ini mulai muncul, dan muncullah nama-nama seperti Hasan Al Basri, Ibn Shihab Al-Zuhri dan Wasil Ibn Atha’. Kufah dan Basrah di Irak, menjadi pusat dari kegiatan-kegiatan ilmiah ini.
Selain dari merubah bahasa administrasi, juga Abd Al-Malik merubah mata uang yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam. Sebelumnya yang dipakai adalah mata uang Bizantium dan Persia seperti dinar (denarius) dan dirham (Persia: diram dan Yunani: Drachme). Sebagai ganti dari mata uang asing ini, Abd Al-Malik mencetak uang sendiri di tahun 659 M. dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Dinar dibuat dari emas dan dirham dari perak.
Masjid-masjid pertama di luar Semenanjung Arabia juga dibangun pada zaman Dinasti Bani Umayyah. Katedral St. John di Damaskus dirubah menjaid masjid. Di Al-Quds (Jerusalem) Abd Al-Malik membangun Masjid Al-Aqsa. Menumen terbaik yang ditinggalkan zaman ini untuk generasi-generasi sesudahnya ialah Qubbah Al-Sakhr (Dome of the Rock) juga di Al-Quds, di tempat yang menurut riwayat adalah tempat Nabi Ibrahim menyembelih Nabi Ismail dan di tempat ini pula Nabi Muhammad mulai melakukan mi’raj ke langit. Mesjid Cordova juga pada zaman ini dibangun. Mesjid Mekah dan Madinah diperbaiki dan diperbesar oleh Abd Al-Malik dan Al-Walid.
Selain mendirikan mesjid-mesjid, Dinasti Bani Umayyah juga mendirikan istana-istana untuk tempat beristirahat di padang pasir, seperti Qusayr Amrah dan Al-Mushatta yang bekas-bekasnya masih ada sampai sekarang.
Itulah kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh Dinasti Bani Umayyah. Kekuasaan dan kejayaan Dinasti ini mencapai puncaknya di Zaman Al-Walid I. Sesudah itu kekuasaan mereka menurun sehingga akhirnya ditumbangkan oleh Bani Abbas di tahun 750 M.